• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPRIBADIAN DUA TOKOH UTAMA DALAM CERPEN “KESA DAN MORITO” 「袈裟と盛遠」 KARYA AKUTAGAWA RYUNOSUKE 芥川龍之介に書かれた『袈裟と盛遠』という短編にいる二人の主人公の個性 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEPRIBADIAN DUA TOKOH UTAMA DALAM CERPEN “KESA DAN MORITO” 「袈裟と盛遠」 KARYA AKUTAGAWA RYUNOSUKE 芥川龍之介に書かれた『袈裟と盛遠』という短編にいる二人の主人公の個性 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang

Sastra adalah pembayangan atau pelukisan kehidupan dan pikiranimajinatif

kedalam bentuk-bentuk dan struktur bahasa. Pada abad ke-20 teori sastra dilanda

perkembangan yang sangat pesat, berbagai teori bermunculan, baik dari jalur

strukturalisme, semiotik, sosiologi sastra, psikoanalisis, dan lainnya (Zaimar,

2003:29).

Karya sastra ialah karya yang imajinatif, baik karya lisan maupun tertulis

dan bersifat fiktif (rekaan). Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya

sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa yang bersifat estetik

(dalam arti seni), hasilnya berupa karya sastra, misalnya novel, puisi, cerita

pendek, drama, dan lain-lain (Noor, 2009:9).

Cerpen adalah salah satu jenis karya sastra. Cerpen sendiri adalah sebuah

cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, suatu hal yang kiranya tidak

mungkin dilakukan untuk sebuah novel (Jassin, 1961:72 dalam Nurgiyantoro,

2000). Kelebihan cerpen yang khas adalah kemampuannya mengemukakan secara

lebih banyak dari sekedar apa yang diceritakan (Nurgiyantoro, 2000:11). Dalam

(2)

Akutagawa Ryunosuke adalah seorang sastrawan Jepang yang dikenal

sebagai penulis novel pendek dan cerita pendek Jepang. Akutagawa Ryunosuke

lahir di Irifunechoo sebuah daerah yang kemudian dikenal dengan sebutan

Borough Kyobayashi di Tokyo pada tanggal 1 Maret tahun 1982, dari pasangan

Niihara Toshizo dan istri pertamanya Fuku. Akutagawa merupakan anak terakhir

dari tiga bersaudara. Kakak perempuan pertama Akutagawa bernama Hatsuko,

namun ia telah meninggal setahun sebelum Akutagawa dilahirkan akibat

meningitis (radang selaput otak). Adapun kakak perempuan Akutagawa bernama

Hisako.

Akutagawa masuk sekolah TK pada umur 5 tahun, dia masuk sekolah TK

yang dikelola oleh SD Koto pada tahun 1897. Sekolah ini terletak disebelah kuil

Ekoin diseberang rumahnya. Kemudian dia masuk SD disekolah yang sama pada

tahun 1898. Kreativitas Akutagawa dalam bidang sastra mulai terlihat ketika ia

berumur 10 tahun. Dia menulis cerpen, puisi dan juga menggambar beberapa

ilustrasi dan sampul depan.

Akutagawa kemudian melanjutkan pendidikannya di SMP Metropolitan

Tiga pada tahun 1905. Dia menjadi seorang kutu buku karena hampir semua

waktu dia lewatkan untuk membaca diperpustakaan umum dan penyewaan buku.

Akutagwa lulus SMP pada bulan September 1910. Dikarenakan kepandaiannya

dia bisa masuk SMA tanpa tes berkat hasil ujiannya yang sangat bagus. Ia

mengambil konsentrasi Sastra Inggris di SMA. Setelah lulus SMA di tahun 1913,

Akutagawa masuk di Universitas Kekaisaran Tokyo (Tokyo Imperial University),

(3)

Akutagawa Ryunosuke adalah salah satu pengarang besar yang hidup pada

Zaman Taishoo dan dianggap sebagai pencerah mewakili kaum neo-realis. Selama

hidupnya ia menghasilkan kira-kira 150 buah karya fiksi yang terdiri dari novel,

cerpen, essai, catatan harian dan catatan pengalamannya. Isi karya sastra

Akutagawa umumnya mengenai masalah emosi dan psikologi manusia yang

digambarkan dalam berbagai macam manusia, hewan, dewa, setan, sampai

makhluk aneh. Ia sangat menyenangi hal-hal yang bersifat gila, kasar, dan aneh.

Akutagawa mulai menunjukkan tanda-tanda menderita schizophrenic (sakit jiwa)

pada akhir 1926, penyakit yang sama seperti ibunya. Ia mengalami delusi atau

halusinasi. Dia mulai mempercayai bahwa tindakan –tindakan yang dilakukan dikuasai dan dipengaruhi oleh kekuatan lain diluar dirinya. Selain itu, ia juga

menderita sakit kepala yang luar biasa. Hal-hal tersebut sangat mengguncang

jiwanya. Oleh karena itu ia memutuskan untuk bunuh diri dirumahnya (Tokyo)

dengan cara meminum obat tidur dengan dosis tinggi ketika berusia 35 tahun pada

tanggal 24 Juli 1927.

Salah satu karyanya yaitu, sebuah cerpen yang berjudul “Kesa dan Morito” yang menceritakan 2 tokoh yang mempunyai pergolakan batin yang kuat. Pada

cerpen ini diceritakan seorang laki-laki bernama Morito mencintai seorang

perempuan bernama Kesa. Morito mencintai Kesa sejak lama, namun saat mereka

bertemu kembali untuk pertama kalinya Morito sudah tidak lagi mencintai Kesa.

Dengan segala keegoisan yang Morito perbuat kepada Kesa membuat Kesa

menjadi tidak bisa memaafkan dirinya sendiri dan berniat mengakhiri hidupnya

(4)

Morito. Kepribadian dari kedua tokoh tidak digambarkan secara langsung oleh

Akutagawa. Pembaca perlu memahami lebih dalam untuk mendapatkan maksud

dari cerpen tersebut. Cerita ini menarik untuk dikaji karena kita dapat mengetahui

konflik batin serta kepribadian apa saja yang terdapat pada kedua tokoh.

Penelitian ini menggunakan teori struktural dan teori psikoanalisis. Teori

struktural digunakan untuk menguraikan bagaimana keadaan luar yang

berhubungan dengan tokoh Morito dan Kesa dalam cerita, meliputi tema, latar,

dan penokohan. Teori psikoanalisis digunakan untuk mengetahui perubahan

kepribadian yang terjadi pada tokoh utama.

Metode struktural adalah metode penelitian sastra yang bertindak pada

prinsip strukturalisme bahwa karya sastra dipandang sebagai peristiwa kesenian

(seni bahasa) yang terdiri dari sebuah struktur (Wellek, 1983:159).

Analisis struktural dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan

mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur instrinsik (Nurgiyantoro,

2009:37). Dalam penelitian ini, unsur instrinsik yang dianalisis hanya unsur-unsur

yang memiliki keterkaitan dengan analisis kepribadian dua tokoh dengan

menggunakan teori psikoanalisis. Maka yang akan dianalisis hanya tema,

tokoh-penokohan, dan latar. Unsur-unsur tersebut juga memiliki keterkaitan antara satu

dengan yang lain, sehingga mendukung penelitian ini.

Psikologi berasal dari kata Yunani psyche, yang berarti jiwa, dan logos yang

berarti ilmu. Jadi psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang menyelidiki dan

(5)

Psikologi lahir sebagai ilmu yang berusaha memahami manusia seutuhnya,

yang hanya dapat dilakukan melalui pemahaman tentang kepribadian. Teori

Psikologi Kepribadian melahirkan konsep-konsep seperti dinamika pengaturan

tingkah laku, pola tingkah laku, model tingkah laku dan perkembangan repertoir

tingkah laku, dalam rangka mengurai kompeksitas tingkah laku manusia (Alwisol,

2009:1)

Psikoanalisis adalah bagian dari ilmu psikologi. Psikoanalisis adalah disiplin

ilmu yang dimulai sekitar tahun 1900-an oleh Sigmund Freud. Teori psikoanalisis

berhubungan dengan fungsi dan perkembangan mental manusia. Ilmu ini

merupakan bagian dari psikologi manusia selama ini (Brenner, 1969:11 dalam

Minderop, 2013:11). Teori psikoanalisis menjadi teori yang paling komprehensif

di antara teori kepribadian lainnya. Sigmund Freud mendeskripsikan kepribadian

menjadi tiga unsur, yakni; struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan

perkembangan kepribadian (Alwisol, 2009:13). Dalam peneletian ini, teori

psikoanalisis dianggap relevan untuk menganalisis kepribadian dua tokoh utama

pada cerpen “Kesa dan Morito”

1.1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan di bahas

adalah :

1. Bagaimana unsur intrinsik dari cerpen “Kesa dan Morito”.

(6)

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.2.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini, yaitu:

1. Mengetahui gambaran unsur intrinsik cerpen “Kesa dan Morito”. 2. Mengetahui gambaran kepribadian dua tokoh utama pada cerpen

“Kesa dan Morito” yang meliputi struktur kepribadian dan dinamika

kepribadian.

1.2.2 Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis

maupun praktis. Secara teoretis memberikan sumbangan pengetahuan

khususnya dunia sastra Jepang, yaitu pemahaman unsur pembangun sastra

yang berhubungan dengan aspek psikologis dalam cerpen “Kesa dan Morito” karya Akutagawa Ryuunosuke. Secara praktis penelitian ini dapat

mempermudah pembaca dalam memahami struktur kepribadiandan

dinamika kepribadian dua tokoh utama dalam cerpen “Kesa dan Morito” karya Akutagawa Ryuunosuke serta memperkaya wawasan pembaca

dalam bidang kesusastraan yang dikaji dari segi psikoanalisis

(7)

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, karena objek material

penelitiannya berupa bahan pustaka, yaitu cerita pendek dari Jepang

berjudul “Kesa dan Morito” karya Akutagawa Ryuunosuke. Adapun objek

formal dalam penelitian ini adalah tentang struktur kepribadian yang

meliputi id, ego,dan superego dan dinamika kepribadian yang meliputi

mekanisme pertahanan ego dan kecemasan dua tokoh utama menggunakan

teori psikoanalisis milik Sigmund Freud kemudian didukung pula dengan

teori struktural yang mengkaji tentang unsur intrinsik yang meliputi tema,

latar, alur, amanat dan tokoh penokohan pada cerpen tersebut.

1.4 Metode Penelitian

Langkah kerja yang penulis lakukan antara lain adalah dengan mencari,

membaca dan mencatat rujukan-rujukan maupun referensi yang sesuai

dengan penelitian yang penulis kerjakan. Langkah awal, penulis akan

menganalisis unsur-unsur struktural cerpen tersebut yang meliputi tema,

latar, dan tokoh penokohan. Langkah kedua penulis akan mengungkapkan

struktur kepribadian dan dinamika kepribadian yang terdapat dalam cerpen

“Kesa dan Morito”. Penulis menggunakan tiga tahap metode yang digunakan

dalam penulisan, yakni: pengumpulan data, penganalisisan data, dan

(8)

1. Metode PengumpulanData

Tahap pertama dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data. Tahap

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data

kepustakaan, yaitu data-data yang merupakan acuan dalam penyusunan

penelitian ini. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

studi pustaka, karena objek material dalam penelitian ini adalah cerpen

“Kesa dan Morito” karya Akutagawa Ryunosuke dalam buku Kimi Ni

Todoketai karangan Antonius R. Pujo Purnomo. Studi pustaka adalah

segala usaha yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan informasi

yang relevan dengan topik atau masalah terkait yang akan diteliti

nantinya. Studi pustaka dilakukan dengan cara membaca

berulang-ulang cerpen tersebut, mendalami, kemudian juga membaca

buku-buku teori yang terkait dengan penelitian ini serta mengutip beberapa

teori-teori yang relevan dengan objek penelitian.

2. Metode Analisis Data

Pada tahap analisis data, peneliti melakukan analisis terhadap aspek

struktural dan aspek psikologi. Langkah yan penulis lakukan dalam

menganalisis data adalah: pertama, menganalisis cerpen “Kesa dan Morito” dengan menggunakan pendekatan struktural. Analisis ini

dilakukan dengan membaca, memahami, dan mengelompokkan

teks-teks dalam cerpen “Kesa dan Morito” yang mengandung unsur tema,

latar, alur, amanat, dan tokoh-penokohan. Kedua, menganalisis

(9)

tokoh utama dalam cerpen “Kesa dan Morito” dengan menggunakan teori psikoanalisis. Analisis ini dilakukan dengan membaca dan

memahami cerpen “Kesa dan Morito” dan selanjutnya

mengelompokkan teks-teks yang mengandung struktur kepribadian

dan dinamika dan kepribadian dalam cerpen “Kesa dan Morito”. 3. Metode Penyajian Hasil

Dalam tahap penyajian data penulis menggunakan metode deskriptif

analisis, yaitu menyajikan hasil analisis yang diperoleh dari data yang

ada dengan paparan deskripsi. Dalam penelitian ini penulis

menguraikan fakta-fakta berdasarkan teori yang relevan dengan

penelitian ini kemudian memaparkannya dalam bentuk analisis.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Bab 1 Pendahuluan

Bab ini memberikan gambaran secara umum tentang penelitian, bab ini

terdiri dari tujuh subbab yaitu latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, metode penelitian,

dan sistematika penulisan.

Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

Bab ini terdiri dari dua subbab, yaitu tinjauan pustaka yang memuat

penelitian sebelumnya dan landasan teori yang meliputi teori struktural

(10)

Bab 3 Pembahasan

Bab ini terdiri dari dua subbab, yaitu pembahasan struktural yang meliputi

tema, latar, alur, amanat, dan tokoh penokohan dan pembahasan struktur

kepribadian yang meliputi id, ego, dan superego dan dinamika kepribadian

yang meliputi kecemasan dan mekanisme pertahanan ego dua tokoh utama

Bab 4 Penutup

(11)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Bab ini terdiri dari dua subbab, yaitu subbab tinjauan pustaka dan subbab

landasan teori. Tinjaun pustaka berisi pemaparan beberapa penelitian terdahulu

yang masih berhubungan dengan penelitian ini. Subbab landasan teori berisi

penjelasan mengenai teori yang digunakan dalam penelitian ini.

2.1 Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi tinjauan pustaka yang memuat paparan mengenai

penelitian-penelitian sebelumnya dan penjelasan komprehensif mengenai

landasan teori yang relevan digunakan dalam penelitian ini. Saat ini telah

banyak penelitian yang membahas mengenai konflik batin, beberapa contoh

penelitian tersebut antara lain:

Penelitian Nova Yanti mahasiswi program Studi Bahasa Rusia Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Indonesia dengan judul “Konflik Batin Tokoh

Yurij dalam Novel Dokter Zivago Karya Boris Pasternak: Tinjauan

Psikologi Sastra (2010)”. Penelitian ini membahas mengenai konflik batin

menggunakan teori pendukung yaitu teori struktural dan teori psikoanalisis.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa konflik batin yang

dialami tokoh Yurij dimulai saat kematian ayah dan ibunya saat ia masih

kecil yang membuatnya merasa kesepian. Secara garis besar tokoh Yurij

(12)

perannya sebagai seorang suami yang menyukai wanita lain menjadi konflik

yang dirasaka oleh Yurij.

Penelitian yang dilakukan oleh Wiwik Rahayu, mahasiswi program

Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Negeri Yogyakarta dengan judul “Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Detik Terakhir Karya Alberthiene Endah (2015)”. Penelitian ini membahas

mengenai konflik batin menggunakan teori pendukung yaitu teori

psikoanalisis. Wiwik Rahayu menganalisis aspek psikologis dari tokoh

utama dengan menguraikan id, ego,dan superego dari dalam diri tokoh

tersebut.Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa tokoh utama dalam

novel Detik Terakhir didominasi oleh id yang menyebabkan tokoh utama

mengalami konflik batin. Faktor yang melatarbelakangi konflik batin pada

tokoh utama dalam novel Detik Terakhir adalah hubungan tokoh utama

dengan orang tua yang kurang baik.

Penelitian lain yang juga menggunakan teori psikoanalisis yaitu skripsi

yang ditulis oleh Tirza Tiofanni mahasiswi Program Studi Sastra Jepang

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro yang berjudul “Kepribadian Tokoh Aku dalam Cerpen “Nemuri” Karya Haruki Murakami (2016)”.

Dalam skripsi tersebut, Tirza Tiofanni menggunakan teori struktural dan

teori psikoanalisis Sigmund Freud dalam menganalisis. Tirza kemudian

menyimpulkan bahwa aspek kepribadian yang dialami tokoh Aku dalam

cerpen “Nemuri” yaitu tidak terjadi keseimbangan antara id, ego, dan

(13)

berupa kecemasan.Tirza menguraikan dinamika kepribadian yang terjadi

dalam tokoh Aku seperti kecemasan, naluri, dan mekanisme pertahanan ego.

Dalam skripsi yang ditulis oleh Wiwik Rahayu dan Nova Yanti, penulis

menemukan beberapa persamaan walaupun objek materialnya berbeda yaitu

novel. Skripsi tersebut menguraikan dinamika kepribadian yang terjadi

dalam tokoh utama dengan menggunakan teori psikoanalisis, namun

sebelumnya juga menguraikan struktur id, ego, dan superego.

Kemudian yang terakhir yaitu, skripsi yang ditulis oleh Tirza Tiofanni

memiliki persamaan dengan penelitian ini, yang pertama teori yang

digunakan tidak hanya teori psikoanalisis, tetapi juga teori struktural. Teori

struktural merupakan teori yang dianggap mendekati dan saling

berhubungan dengan teori psikoanalisis.

Perbedaan penelitian yang akan penulis lakukan dengan

penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitian-penelitian. Penelitian ini

menggunakan objek cerpen Kesa dan Morito karya Akutagawa Ryunosuke.

Sejauh ini belum ada yang melakukan penelitian yang membahas mengenai

objek yang sama dengan penulis gunakan.

2.2 Kerangka Teori

Pada penelitian ini penulis menggunakan teori struktural dan teori

psikoanalisis Sigmund Freud. Untuk teori struktural penulis hanya mengkaji unsur

intrinsik seperti tema, latar, dan tokoh-penokohan. Untuk teori psikoanalisis

(14)

2.2.1 Teori Struktural

Teori struktural bertujuan untuk memaparkan secermat mungkin mengenai

fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur yang secara bersamaan

menghasilkan sebuah kemenyeluruhan (Nurgiyantoro,2012:37).

Menurut Nurgiyantoro (2012:37) langkah-langkah dalam menerapkan teori

strukturalisme adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra

secara lengkap dan jelas meliputi tema, tokoh, latar, dan alur

2. Mengkaji unsur-unsur yang telah diidentifikasi sehingga diketahui

bagaimana tema, tokoh, latar, dan alur sebuah karya sastra

3. Mendeskripsikan fungsi masing-masing unsur sehingga diketahui tema,

tokoh, latar, dan alur sebuah karya sastra, dan

4. Menghubungkan masing-masing unsur sehingga diketahui tema, tokoh,

latar, dan alur dalam sebuah karya sastra.

Dalam penelitian ini penulis tidak akan menganalisis keseluruhan unsur,

melainkan hanya beberapa saja. Berikut adalah unsur-unsur intrinsik yang

penulis akan analisis dalam cerpen “Kesa dan Morito” karya Akutagawa

Ryunosuke.

2.2.1.1 Tema

Semua karya sastra terbentuk melalui sebuah tema. Tema adalah gagasan

utama dalam sebuah cerita. Tema merupakan salah satu unsur penting dalam

(15)

dalam karya sastra yang bersangkutan yang menentukan hadirnya

peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu (Nurgiyantoro, 2012: 68). Tema dalam

sebuah karya sastra dapat dilakukan oleh pengarang melalui dua tipe

penggambaran yaitu secara tersirat dan tersurat. Tema merupakan titik tolak

pengarang dalam membuat sebuah cerita. Penentuan tema dapat dilakukan

oleh tokoh-tokoh yang dianggap sesuai dengan tema pokok sebuah karya

sastra.

2.2.1.2. Latar

Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada

pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams, 1981: 175). Stanton (1965)

mengelompokan latar, bersama dengan tokoh danplot, ke dalam fakta (cerita)

sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi, dan dapat diimajinasi oleh

pembaca secara faktual jika membaca cerita fiksi. Atau, ketiga hal inilah yang

secara konkret dan langsung membentuk cerita.

Unsur latar dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan

sosial (Nurgiyantoro, 2012: 227). Dalam cerpen, pada umumnya

penggambaran latar tidak dijelaskan secara rinci, melainkan secara garis besar

(16)

1. Latar tempat

Latar tempat adalah lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam

sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa

tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi

tertentu tanpa nama jelas. Latar tempat tanpa nama jelas biasanya hanya

berupa penyebutan jenis dan sifat umum tempat-tempat tertentu, misalnya

desa, sungai, jalan, hutan, kota, dan sebagainya, tetapi tempat-tempat

yang bernama adalah tempat yang dijumpai dalam dunia nyata, misalnya

Indonesia, Jepang, Semarang, Jakarta, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2012:

314-315).

2. Latar Sosial

Latar sosial adalah menunjuk pada hal-hal yang berhubungan dengan

perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan

dalam sebuah cerita karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat

mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Dapat

berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup,

cara berfikir, dan bersikap, dan sebagainya (Nurgiyantoro, 2012:332).

2.2.1.3. Alur

(Stanton dalam Nurgiyantoro, 1965: 14) mengemukakan bahwa plot adalah

cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya di

hubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu di sebabkan atau

(17)

peristiwa-peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan

penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan

efek artistik tertentu (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995:113). Alur terdiri

dari tiga unsur, yaitu peristiwa, konflik dan klimaks. Plot atau biasa disebut

alur merupakan jalan cerita atau rangkaian beberapa kejadian atau peristiwa

dalam cerita sebuah karya sastra, baik yang terjadi secara berurutan yang

sesuai dengan urutan waktu maupun peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi.

Beberapa peristiwa ini dituangkan oleh pengarang dalam sebuah cerita sesuai

dengan urutan waktu kejadiannya atau bahkan dipaparkan secara kilas balik

(flashback) sesuai dengan kebutuhan, sehingga isi cerita menjadi satu

kesatuan yang dapat dimengerti dan menarik bagi pembacanya.

2.2.1.4.Tokoh dan Penokohan

Tokoh merupakan gambaran imajinasi pengarang mengenai orang-orang yang

diceritakan dalam sebuah karya sastra. Penggambaran diekspresikan melalui

ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Terdapat beberapa jenis

tokoh dalam suatu cerita fiksi.

1. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan

Tokoh utamaadalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam cerita

yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan,

baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian

(Nurgiyantoro, 2012: 177).Tokoh tambahan memiliki peranan yang lebih

(18)

keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya

hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung

ataupun tak langsung (Nurgiyantoro, 2012: 177)

Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik

sebagai pelaku kejadian ataupun yang dikenai kejadian (Nurgiyantoro,

2012: 177). Sedangkan tokoh tambahan memiliki peranan yang lebih kecil

dibanding tokoh utama. Pemunculan tokoh-tokoh tambahan dalam

keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya

hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung

ataupun tak langsung (Nurgiyantoro, 2012: 177).

2. Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis

Tokoh protagonis adalah tokoh yang pembaca kagumi, yang

menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan pembaca dan

harapan-harapan pembaca. Tokoh antagonis adalah tokoh yang

menyebabkan konflik, ketegangan dengan tokoh protagonis karena

sebuah karya fiksi harus mengandung konflik, oleh sebab itu dibutuhkan

tokoh antagonis untuk membuat konflik (Nurgiyantoro, 2012:178)

3. Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat

Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi

tertentu, satu sifat watak tertentu saja. Ia tidak memiliki sifat dan tingkah

laku yang dapat memberikan efek kejutan bagi pembaca. Sifat, sikap, dan

tingkah laku seorang tokoh sederhana bersifat datar, monoton, hanya

(19)

yang memiliki dan diungkapkan berbagai kemungkinan sisi kehidupannya,

sisi kepribadiannya dan jati dirinya. Ia dapat saja memiliki watak tertentu

yang dapat diformulasikan, namun ia pun dapat pula menampilkan watak

dan tingkah laku bermacam-macam, bahkan mungkin tampak

bertentangan dan sulit diduga (Nurgiyantoro, 2012:181).

Nurgiyantoro (2012) menyatakan bahwa penokohan adalah penyajian

watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Menurut Nurgiyantoro (2012:194)

secara garis besar teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya dapat dibedakan

menjadi dua yaitu teknik ekspositori (penjelasan) dan teknik dramatik. Istilah

lain kedua teknik pelukisan tokoh di atas adalah teknik pelukisan secara

langsung dan pelukisan secara tidak langsung.

1. Teknik Ekspositori

Teknik ini sering disebut dengan teknik analitis, pelukisan tokoh cerita

dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara

langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang ke hadapan

pembaca secara tidak berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung

disertai deskripsi kediriannya yang mungkin berupa sikap, sifat watak,

tingkah laku, atau bahkan ciri fisik (Rokhmansyah, 2014:35).

2. Teknik Dramatik

Penampilan tokoh cerita dalam teknik dramaik dilakukan secara tidak

langsung. Artinya, pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat

dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh

(20)

yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun non verbal lewat

tindakan atau tingkah laku dan juga melalui peristiwa yang terjadi

(Rokhmansyah, 2014:35).

Dalam penggambarannya dengan cara teknik dramatik dapat dilakukan

dengan beberapa teknik, yaitu :

a. Teknik cakapan

Melalui percakapan antar tokoh dapat digunakan untuk

menggambarkan sifat-sifat tokoh.

b. Teknik tingkah laku

Melalui tindakan non verbal atau fisik yaitu tindakan dan tingkah

laku dapat dipandang sebagai cerminan dari sifat-sifat tokoh.

c. Teknik pikiran dan perasaan

Apa yang dipikirkan dan dirasakan tokoh akan dapat

mencerminkan sifat-sifat tokoh.

d. Teknik arus kesadaran

Teknik ini merupakan sebuah teknik narasi yang menangkap

pandangan dan aliran proses mental tokoh, karena tanggapan

indera bercampur dengan kesadaran dan ketidaksadaran pikiran.

e. Teknik reaksi tokoh lain

Teknik ini menggambarkan sifat atau watak tokoh dengan cara

melihat dari reaksi tokoh lain terhadap kejadian, masalah, keadaan,

(21)

f. Teknik pelukisan latar

Suasana latar juga sering dipakai untuk menggambarkan kedirian

tokoh dan juga dapat mengintensifkan sifat kedirian tokoh

(Rokhmansyah, 2014:36).

2.2.1.5. Amanat

Amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang hendak

disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya. Amanat dalam

sebuah karya akan disimpan secara rapi dan disembunyikan pengarangnya

dalam keseluruhan isi cerita. Karena itu, untuk menemukannya, tidak cukup

dengan membaca dua atau tiga paragraf, melainkan harus menghabiskannya

sampai tuntas (Kosasih, 2012:71).

2.2.2. Teori Psikoanalisis Sigmund Freud

Psikoanalisis adalah disiplin ilmu yang dimulai sekitar tahun 1900-an oleh

Sigmund Freud. Teori psikoanalisis berhubungan dengan fungsi dan

perkembangan mental manusia. Ilmu ini merupakan bagian dari psikologi

manusia selama ini (Brenner, 1969:11 dalam Minderop, 2013:11).

Psikoanalisis merupakan teori kepribadian yang dikembangkan oleh

Sigmund Freud yang menekankan bahwa manusia terdiri dari alam sadar dan

tidak sadar, selain itu struktur kepribadian terdiri dari Id, ego, dan superego.

Dalam penelitian ini, penulis hanya menggunakan dua bahasan dalam

(22)

2.2.2.1. Struktur Kepribadian

Menurut Freud, struktur kepribadian terdiri atas tiga aspek, yaitu: Id, Ego,

Superego.Id (terletak di bagian tak sadar) yang merupakan reservoir pulsi dan

menjadi sumber energi psikis. Ego (terletak di antara alam sadar dan tak

sadar) yang bertugas sebagai penengah yang mendamaikan tuntutan pulsi dan

larangan superego. Superego (terletak sebagian di bagian sadar dan sebagian

lagi di bagian tak sadar) bertugas mengawasi dan menghalangi pemuasan

sempurna pulsi-pulsi tersebut yang merupakan hasil pendidikan dan

identifikasi pada orang tua (Minderop, 2010: 21).

Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari id ini

kemudian akan muncul ego dan superego. Saat dilahirkan, id berisi semua

aspek psikologik yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drive. Id berada

dan beroperasi dalam daerah taksadar (Alwisol, 2009: 15). Id merupakan

energi psikis dan naluri yan menekan manusia agar memenuhi kebutuhan

dasar. Menurut Freud, id berada di alam bawah sadar, tidak ada kontak

dengan realitas. Cara kerja id berhubungan dengan prinsip kesenangan, yakni

selalu mencari kenikmatan dan selalu menghindari ketidaknyamanan

(Minderop, 2010: 21). Id tidak mampu menilai atau membedakan benar-salah,

tidak tahu moral. Alasan inilah yang kemudian membuat id memunculkan

ego.

Ego berada di antara alam sadar dan alam bawah sadar. Tugas ego

(23)

masalah, dan pengambilan keputusan . Id dan ego tidak memiliki moralitas

karena keduanya ini tidak mengenal nilai baik dan buruk (Minderop, 2010:

22).

Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang

beroperasi memakai prinsip idealistik sebagai lawan dari prinsip kepuasan id

dan prinsip realistik dari ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti ego

dia tidak mempunyai enerji sendiri. Superego bersifat nonrasional dalam

menuntut kesempurnaan, menghukum dengan keras kesalahan ego, baik yang

telah dilakukan maupun dalam fikiran. Superego juga seperti ego dalam hal

mengontrol id, bukan hanya menunda pemuasan tetapi merintangi

pemenuhannya. Paling tidak , ada 3 fungsi superego; (1) mendorong ego

menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistik, (2)

merintangi impuls id, terutama impuls seksual dan agresif yang bertentangan

dengan standar nilai masyarakat, dan (3) mengejar kesempurnaan (Alwisol,

2009: 16).

2.2.2.2. Dinamika Kepribadian

Freud berpendapat manusia sebagai sistem yang kompleks memakai enerji

untuk berbagai tujuan seperti bernafas, bergerak, mengamati, dan mengingat.

Kegiatan psikologik juga membutuhkan enerji yang disebutnya enerji psikis,

(24)

(1) Kecemasan (Anxiety)

Kecemasan merupakan sebuah reaksi dalam diri seseorang apabila ia

mengalami suatu ancaman atau situasi yang dirasa mengusik. Freud

percaya bahwa kecemasan sebagai hasil dari konflik bawah sadar

merupakan akibat dari konflik antara pulsi iddan pertahanan dari egodan

superego. Kebanyakan dari pulsi tersebut mengancam individu yang

disebabkan oleh pertentangan nilai-nilai personal atau bersebrangan

dengan nilai dalam suatu masyarakat. Freud mengemukakan tiga jenis

kecemasan; kecemasan realistik (realistic anxiety), kecemasan neurotis

(neurotic anxiety), kecemasan moral (moral anxiety) (Alwisol, 2009: 23).

Kecemasan realistik adalah takut kepada bahaya yang nyata ada di

dunia luar. Kecemasan realistik ini menjadi asal-muasal timbulnya

kecemasan neurotik dan kecemasan moral.

Kecemasan neurotik adalah ketakutan terhadap hukuman yang

bakal diterima dari orang tua atau figur penguasa lainnya kalau seseorang

memuaskan insting dengan caranya sendiri, yang diyakininya bakal

menuai hukuman. Hukuman belum tentu diterimanya, karena orang tua

belum tentu mengetahui pelanggaran yang dilakukannya, dan misalnya

orang tua mengetahui juga belum tentu menjatuhkan hukuman. Jadi,

hukuman dan figur pemberi hukuman dalam kecemasan neurotik bersifat

khayalan. Kecemasan timbul karena orang itu pernah melakukan hal yang

sama sewaktu masih anak-anak dan mendapat hukuman (realistik) yang

(25)

Kecemasan moral adalah kecemasan yang berasal dari konflik

antara ego dan superego.Seseorang cenderung merasa bersalah atau

berdosa apabila melakukan tindakan yang didasari pemenuhan ego tanpa

menuruti ataupun bertentangan dengan norma-norma moral. Kecemasan

moral dan kecemasan neurotik tampak mirip, tetapi memiliki perbedaaan

prinsip yakni; tingkat kontrol ego. Pada kecemasan moral orang tetap

rasional dalam memikirkan masalahnya berkat enerji superego, sedang

pada kecemasan neurotik orang dalam keadaan distres-terkadang

panik-sehingga mereka tidak dapat berfikir jelas dan enerji id menghambat

penderita kecemasan neurotik membedakan antara khayalan dengan realita

(Alwisol, 2009: 23).

(2) Mekanisme Pertahanan Ego (Ego Defense Mechanism)

Mekanisme pertahanan ego membantu dapat dilaksanakannya fungsi

penolakan, sekaligus melindungi individu dari kecemasan yang berlebihan.

Bagi Freud, mekanisme pertahanan adalah strategi yang dipakai individu

untuk bertahan melawan ekspresi impuls id serta menentang tekanan

superego. Menurutnya, ego mereaksi bahaya munculnya impuls id

memakai dua cara;

1. Membentengi impuls sehingga tidak dapat muncul menjadi tingkah

laku sadar.

2. Membelokkan impuls itu sehingga intensitas aslinya dapat di lemahkan

(26)

Mekanisme pertahanan yang paling banyak dipakai dalam kehidupan

sehari-hari menurut Freud adalah; Identifikasi, Pemindahan/Reaksi Kompromi,

Represi, Fiksasi dan Regresi,Projeksi, Reaksi Agresi, Intelektualisasi.

1. Identifikasi (Indentification)

Identifikasi itu umumnya tidak disadari, dan tidak perlu total. Diri

orang lain diidentifikasi tetapi cukup hal-hal yang dianggap dapat

membantu mencapai tujuan diri. Terkadang sukar menentukan sifat

mana yang membuat tokoh itu sukses sehingga orang harus mencoba

mengidentifikasi beberapa sifat sebelum menemukan mana yang

ternyata membantu meredakan tegangan. Mekanisme pertahanan

identifikasi umumnya dipakai untuk tiga macam tujuan:

a. Identifikasi merupakan cara orang dapat memperoleh kembali

sesuatu (obyek) yang telah hilang.

b. Identifikasi dipakai untuk mengatasi rasa takut.

c. Melalui identifikasi orang memperoleh informasi baru dengan

mencocokkan khayalan mental dengan kenyataan.

2. Pengalihan(Displacement)

Pengalihan adalah pengalihan perasaan tidak senang terhadap suatu

objek ke objek lainnya yang lebih memungkinkan.

Pengalihan(displacement) merupakan salah satu bentuk mekanisme

pertahanan ego. Mekanisme ini bekerja apabila dalam upaya

memuaskan naluri terdapat suatu hambatan, kemudian ego akan

(27)

3. Represi (Repression)

Represi adalah proses ego memakai kekuatan anti-kataksis untuk

menekan segala sesuatu (ide, insting, ingatan, fikiran) yang dapat

menimbulkan kecemasan keluar dari kesadaran.

4. Projeksi (Projection)

Projeksi adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotik/moral

menjadi kecemasan realistik, dengan cara melempari mpuls-impuls

internal yang mengancam dipindahkan ke objek diluar, sehingga

seolah-olah ancaman itu terprojeksi dari objek eksternal kepada diri

orang itu sendiri. Projeksi terjadi bila individu menutupi

kekurangannya dan masalah yang dihadapi atau pun kesalahannya

dilimpahkan kepada orang lain.

5. Reaksi Agresi (Agressive Reactions)

Ego memanfaatkan drive agresif untuk menyerang objek yang

menimbulkan frustasi. Menutupi kelemahan diri dengan menunjukkan

kekuatan drive agresinya, baik yang ditujukan kepada obyek yang asli,

obyek pengganti, maupun ditujukan kepada diri sendiri. Ada lima

macam reaksi agresi:

a. Agresi primitif

Siswa yang tidak lulus merusak sekolahnya, atau remaja yang

cintanya ditolak menyerang (menghina) penolaknya itu.

b. Scapegoating

(28)

c. Free-floating-anger

Sasaran marah yang tidak jelas

d. Suicide

rasa marah kepada diri sendiri sampai merusak diri/bunuh diri.

e. Turning around upon the self

(gabungan antara agresi + pemindahan) memindah objek cinta atau

agresi kepada diri sendiri, biasanya menjadi perasaan masokistik,

perasaan berdosa, atau depresi.

6. Intelektualisasi (Intelectualization)

Ego menggunakan logika rasional untuk menerima kateksis obyek

sebagai realitas yang cocok dengan impuls asli. Mengatasi frustasi dan

anxiety dengan memutarbalikkan realitas untuk mempertahankan

harga diri. Ada lima macam intelektualisasi :

a. Rasionalisasi

Menerima, puas dengan objek kataksis dengan mengembangkan

alasan rasional yang menyimpang fakta.

b. Isolasi

Mempertentangkan antara komponen afektif dengan kognitif,

gejala neurosis obsesi kompulsi, dimana dorongan insting (yang

tidak dapat diterima ego) bertahan di kesadaran, tetapi tanpa

(29)

c. Undoing

Kecemasan dan dosa akibat negatif, ditutupi/dihilangkan dengan

perbuatan positif penebus dosa dalam bentuk “tingkah laku ritual”.

d. Denial

Menolak kenyataan, menolak stimulus/persepsi realistik yang tidak

menyenangkan dengan menghilangkan atau mengganti persepsi itu

dengan menyenangkan dengan menghilangkan atau mengganti

(30)

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1. Strukturalisme Cerpen “Kesa dan Morito”

Pada bab tiga penulis menganalisis unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen

“Kesa dan Morito” dengan menggunakan teori struktural. Unsur intrinsik yang

dibahas yaitu tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, dan amanat. Berikut

penjelasannya.

3.1.1. Tema

Tema adalah gagasan utama dalam sebuah cerita. Cara yang dilakukan oleh

penulis untuk mengetahui tema yang terkandung dalam cerpen “Kesa dan Morito”

adalah mencari ide pokok yang ada pada cerpen “Kesa dan Morito”. Dilihat dari keseluruhan isi cerita penulis menyimpulkan bahwa tema dalam cerpen ini adalah

perselingkuhan. Perselingkuhan tersebut dilakukan oleh tokoh utama bernama

Kesa, dimana perselingkuhan tersebut menyebabkan serangkaian peristiwa yang

mempengaruhi kepribadian tokoh utama dalam cerpen ini. Tokoh utama bernama

Kesa berselingkuh dengan tokoh bernama Morito. Perselingkuhan tersebut

dilakukan dengan alasan Morito yang ingin meniduri Kesa, bahkan ia melakukan

berbagai macam cara agar ia dapat meniduri Kesa. Seperti terlihat pada kutipan

dibawah ini :

渡辺 橋 供養 時 年ぶ 偶然袈裟 遇 コ己

そ そ 半 年 リ 間 あ 女 忍 び 合 う 機 会

作 あ ゆ 手 段 試 そ し そ し

(31)

Watanabe no hashi no kuyō no toki, san-nen-buri de gūzen kesa ni meguri atta ko onore wa, sore ka kara oyoso hantoshi baka Ri no ma, ano on'na to shinobi au kikai o tsukuru tame ni, arayuru shudan o kokoromita. Soro shite sore ni seikō shita.

Pada saat aku bertemu lagi dengannya setelah berpisah selama tiga tahun, tepatnya ketika upacara persembahan bagi Jembatan Watanabe, aku mulai mencoba berbagai macam cara untuk menemuinya secara diam-diam. Dan setelah setengah tahun kemudian, aku baru berhasil menidurinya seperti yang selama ini aku impikan.

Perselingkuhan menjadi gagasan utama dalam cerpen ini dimana

perselingkuhan menyebabkan tokoh utama melakukan serangkaian tindakan di

luar alam sadarnya, seperti merencanakan pembunuhan. Seperti terlihat dalam

kutipan berikut ini :

渡 殺そう い 己 あ 女 耳 口 う

囁い 時 考え 気 違 い

さえ疑わ (Purnomo, 2009: 173)

“Wataru wo koro soude wanaika.” Onore ga ano onna no mimi ni kuchi wo tsukete, kou sasayaita toki no koto wo kangaeruto, warenagara kigachigatteita noka tosaeutagawareru.

“Ayo kita bunuh Wataru” ketika mengingat kembali kata-kataku yang terucap ke telinga perempuan itu, aku jadi meragukan kewarasanku.

Perselingkuhan juga telah menyebabkan tokoh utama merasa menyesal,

malu, dan bersalah sepanjang hidupnya. Seperti terlihat pada kutipan berikut ini :

ああ 私 傀櫑 女 う 恥 しい顔 あ

日 目 見 い そ あ しい 邪

うし 私 出来 う そ 時 私 そ あ 路 捨 あ

(32)

Watashi wa marude kugutsu no onna no youni kono hazukashii kao wo agete, mata hinome wo minakereba naranai sonna atsukamashii, yokoshimana koto ga doushite watashi ni dekirudarou. Sono toki no watashi koso, ano michibata ni sutete aru shitai to sukoshi mo kawari wanai.

Oh, aku hanya akan menjadi seperti perempuan pelacur yang kembali menatap cahaya matahari dengan wajah memalukan seperti ini. Kenapa aku menjadi begitu tak tahu malu, waktu itu aku tak ubahnya seperti seonggok mayat yang dibuang di tepi jalanan, dipermalukan, diinjak lalu dipertontonkan dalam sorotan cahaya matahari.

3.1.2. Alur

Alur dalam cerpen “Kesa dan Morito” adalah alur campuran. Karena selain

ceritanya berjalan sesuai dengan urutan penampilan peristiwa terdapat juga

peristiwa yang terjadi di masa lampau. Pada awal cerita diceritakan tokoh Morito

sedang berada di luar pagar dan sedang kehilangan pikirannya. Morito

membayangkan bahwa ia akan menjadi seorang pembunuh pada malam itu. Hal

tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.

夜 盛遠が築土の外 月魄 眺め がら 落葉 踏 物思い 耽っ

いる (Purnomo, 2009:164)

Yoru, morito ga tsuiji no soto de, tsukishiro wo nagamenagara, ochiba wo funde mono omoi ni fuketteiru.

Malam. Morito memandang rembulan, ia berada di luar pagar berjalan di atas dedaunan kering yang berserakan. Dia sedang kehilangan pikirannya.

(33)

ushisawarete, asa kara wa hitogoro ni narinateru noda to omou to, koushite itemo, karada ga furuete kuru.

Rembulan telah muncul. Biasanya aku harus menunggunya, namun cahayanya yang terang membuatku takut. Saat aku bayangkan bahwa aku akan menjadi pembunuh sebelum malam berakhir, aku tak bisa menghentikan tubuhku yang bergetar.

Kemudian Morito kembali mengingat peristiwa yang membuatnya menjadi seperti

seorang pembunuh malam itu.

Pada tahap penyituasian dimulaisaat tokoh Morito menghadiri upacara

persembahan bagi Jembatan Watanabe. Disana Morito bertemu kembali dengan

Kesa setelah tiga tahun berpisah. Hal tersebut dapat di lihat dalam kutipan berikut.

渡辺 橋 供養 時 年ぶ 偶然袈裟 遇 コ己

そ そ 半 年 リ 間 あ 女 忍 び 合 う 機 会

作 あ ゆ 手段 試 そ し そ し

(Purnomo, 2009:169)

Watanabe no hashi no kuyō no toki, san-nen-buri de gūzen kesa ni meguri atta ko onore wa, sore ka kara oyoso hantoshi baka Ri no ma, ano on'na to shinobi au kikai o tsukuru tame ni, arayuru shudan o kokoromita. Soro shite sore ni seikō shita.

Pada saat aku bertemu lagi dengannya setelah berpisah selama tiga tahun, tepatnya ketika upacara persembahan bagi Jembatan Watanabe, aku mulai mencoba berbagai macam cara untuk menemuinya secara diam-diam. Dan setelah setengah tahun kemudian, aku baru berhasil menidurinya seperti yang selama ini aku impikan.

Tahap pemunculan konflik dimulai saat tokoh Morito mulai melakukan berbagai

macam cara untuk menemui Kesa secara diam-diam. Kesa dirayu oleh Morito

(34)

mempunyai suami, namun karena hasrat ingin menaklukan Kesa lebih besar,

“Watashi wa tatta hitome mita bakari de, ano hito no kokoro ni utsutte iru watashi no miniku-sa o shitte shimatta. Ano hito wa nanigoto mo nai yōna kao o shite, iroiro watashi wo Kasu yōna yasashī go o kakete kureru.Ga, ichido jibun no miniku-sa o shitta on'na no kokoro ga, dōshite son'na go ni nagusame rareyou. Watashi wa tada, oshikatta. Kowa shikatta. Kanashikatta”.

“Dia mengatakan bahwa aku tidak berubah dan bicara dengan begitu menggairahkan seolah-olah ia begitu menginginkanku. Meskipun dirinya sadar tentang ketidak cantikannya, namun bagaimana mungkin kata-kata pujian bisa begitu melenakan hati seorang wanita”.

私 そ 寂しさ 震え 死 様 体 う う あ 人 任 し 愛し い いあ 人 私 憎 い

私 蔑 い 色好 あ 人 (Purnomo, 2009:181)

Watashi wa sono sabishisa ni furuenegara, shinda mo douyouna kono karada wo toutou ano hito ni makasete shimatta. Aishitte mo inai ano hito, watashi wo nikunde iru, watashi wo sagesunde iru, irogonomina ano hito ni.

Tubuhku menggigil dalam kesunyian. Lalu dengan tubuh yang tak ubahnya seperti mayat ini aku serahkan semuanya ke manusia itu. Ke orang yang tidak aku cintai, laki-laki bejat yang membenci dan menghinakan diriku.

Tahap klimaks dimulai ketika Morito telah meniduri Kesa dan ia ingin membunuh

suamin Kesa, Wataru. Morito ingin membunuh Wataru dikarenakan ia telah

(35)

tidak jadi melaksanakan rencana tersebut maka Kesa akan melakukan balas

dendam padanya dan Morito juga takut jika ia tidak membunuh Wataru maka

perbuatanya yang telah ia lakukan bersama Kesa akan diketahui oleh Wataru di

kemudian hari. Hal tersebut dapat di lihat pada kutipan berikut.

渡 殺そう い 己 あ 女 耳 口 う囁い 時

考え 気 違 い さえ疑わ

(Purnomo, 2009:173)

“wataru wo koro soude wanaika.” Onore ga ano onna no mimi ni kuchi wo

tsukete, kou sasayaita toki no koto wo kangaeruto, warenagara kigachigatteita noka tosaeutagawareru.

“Ayo kita bunuh Wataru” ketika mengingat kembali kata-kataku yang terucap ke telinga perempuan itu, aku menjadi meragukan kewarasanku.

己 日 時刻 渡 殺 約束 結ぶ う 羽目 陥

完 万-己 承知し い場合 袈裟 己 え う 復讐

恐怖 (Purnomo, 2009:175)

"Onore ga hi to jikoku to wo kimete, wataru wo korosu yakusoku wo musubu youna hame ni ochiita no wa, kanku yorozu, onore ga shouchi shinai baai ni, kesa ga onore ni kuwaeyou to suru fukushuu no kyoufu karadatta”.

“Terus terang, alasanku menentukan hari dan jam untuk membunuh Wataru adalah karena takut akan hal itu. Jika aku menolak untuk membunuh, Kesa pasti akan membalas dendam padaku, ya dan sekarang pun ketakutan itu masih menjalar di hatiku”.

Tahap penyelesaian yaitu saat tokoh Kesa mulai mencari cara untuk

melampiaskan konflik batin yang dialaminya. Kesa mengatasi kecemasannya

tersebut dengan cara bunuh diri. Kesa ingin mengakhiri hidupnya karena ia

merasa sangat depresi dan merasa bersalah akibat perbuatan yang telah ia lakukan

bersama Morito. Kesa merelakan dirinya untuk dibunuh oleh Morito. Hal tersebut

(36)

私 私 死 う 私 心 傷 口惜しさ 私

体 汚さ 恨 しさ そ 死 う

(Purnomo, 2009: 187)

“Watashi wa watashi no tameni shinou to suru. Watashi no kokoro wo kizutsukerareta kuchioshisato watashi no karada wo yogosareta uchimeshisato, sono futatsu no tameni shinou to suru”.

“Aku bukan mati untuk suamiku. Aku mati untuk diriku yang pilu. Setidaknya, aku akan mati untuk dua alasan, yaitu sebagai penebus luka di hati dan pembalasan dendam untuk tubuh yang tercemar.”

私 夫 身代 云う 果し 夫 愛し い

う いや いや 私 そう云う都合 好い口実 後 あ 人

体 任 し 私 罪 償 い し う 云 う 気 持 い

(Purnomo, 2009: 185)

“Watashi ga otto no migawari ni naru to iu koto wa, hatashite otto o aishiteirukaradarou ka. Iya, iya, watashi wa sō iu tsugō no yoi kōjitsu no nochi de, ano hito ni karada o nin ka shita watashi no tsuminotsugunai o shiyou to iu ki o motte ita”.

(37)

3.1.3. Latar

Latar menunjuk pada pengertian waktu, tempat dan suasana terjadinya

peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah cerita. Dalam cerpen ini, latar yang

digunakan hanya latar tempat dan latar sosial. Latar tempat dalam cepen ini

mempunyai pengaruh terhadap struktur kepribadian dua tokoh yang

mempengaruhi munculnya konflik kepribadian dua tokoh.Berikut penjelasan

mengenai latar tempat dan latar sosial yang digambarkan dalam cerpen ini.

a. Latar tempat

Latar tempat ialah tempat terjadinya suatu peristiwa dalam sebuah cerita.

Pada cerpen “Kesa dan Morito” tidak begitu banyak latar tempat yang

digunakan. Latar tempat yang digunakan dalam cerpen “Kesa dan Morito” terdapat di rumah Koromagawa, kamar Kesa dan Jembatan Watanabe.

1. Rumah Koromogawa

Rumah Koromogawa merupakan latar tempat yang penting dalam cerpen

ini. Di rumah Koromogawa tokoh Morito bertemu kembali dengan Kesa

setelah berpisah selama tiga tahun, tepatnya ketika upacara persembahan

bagi Jembatan Watanabe. Secara diam-diam Morito mencoba berbagai

macam cara agar dapat bertemu dengan Kesa kembali. Suatu hari, mereka

berdua kembali bertemu di rumah Koromagawa, Kesa bercerita bahwa ia

sangat mencintai suaminya kepada Morito. Namun, Morito merasa bahwa

(38)

bercerita demikian agar Morito tidak kasihan dengannya. Latar tempat di

rumah Koromogawa menjadi penyebab munculnya konflik yaitu saat

Morito berhasi lmeniduri Kesa dan mengajak Kesa untuk melakukan

rencana pembunuhan kepada Wataru.Seperti terlihat pada kutipan berikut

ini :

己 衣川 家 袈裟 一 部屋 畳へ坐 時 既 未練

い 薄 い 気 い (Purnomo, 2009: 168)

Onore wa Koromogawa no ie de, Kesa to hitotsu heya no tatami he suwatta toki, sudeni kono miren ga itsuka usuku natte iru no ni kigatsuita.

Aku baru menyadari bahwa penyesalanku perlahan-lahan telah luntur saat aku duduk berhadapan dengannya dalam sebuah ruangan di rumah Koromogawa.

2. Kamar Kesa

Kamar Kesa menjadi latar penting dalam cerpen ini. Di kamar kesa terjadi

peristiwa tokoh Kesa menunggu Morito untuk melanjutkan rencana

pembunuhan terhadap Wataru. Sambil menunggu Morito, Kesa menyesali

perbuatan yang dilakukannya bersama Morito. Kesa merasa dirinya hina

dan tidak pantas untuk hidup. Ia merasa bersalah seperti terlihat pada

kutipan berikut ini :

そ 大目 見 う 私 卑し

夫 身代リ 立 云う 私 あ 人 憎し あ 人

蔑 そうし あ 人 私 弄 そ 邪 情欲 ,仇 取

う し い い (Purnomo, 2009: 185)

(39)

Otto no shindairi ni tatsu to iu na no shita de, watashi wa ano hito no nikushimi ni, ano hito no sagesumi ni, shoushite ano hito ga watashi mei moteasonda, sono yokoshimana jouyoku ni, kyuu wo torou to shite itadewanai.

Mungkin ini semua masih bisa dimaafkan. Semakin hari aku semakin merasa tidak nyaman dan semakin bertambah buruk rupa. Dengan dalih ingin mengorbankan diri untuk menggantikan suamiku, bukankah aku sebenarnya juga ingin membalas dendam pada orang yang telah membenciku, menghina, mempermainkanku dengan nafsu setannya? Ya, aku yakin untuk membalas dendam.

Di kamarnya, tokoh Kesa mengalami konflik batin yang luar biasa.

Konflik batinnya membuat ia merasakan ketegangan dan kecemasan

sehingga ia tidak sadar menggigit lengan bajunya seperti terlihat dalam

kutipan di bawah ini :

袈裟 帳台 外 燈台 光 背 神 嚙 物思い 耽 い (Purnomo, 2009 : 179)

Kesa ga choudai no soto de, toudai no hikari ni somu kinagara, kami wo kande mono omoi ni fukette iru.

Kesa duduk di luar kelambu tempat tidurnya sambil membelakangi cahaya lampu ia menggigit lengan bajunya.

3. Jembatan Watanabe

Jembatan Watanabe merupakan latar penting dalam cerpen ini. Di

jembatan ini awal mula penyebab konflik terjadi. Morito menghadiri

upacara persembahan bagi jembatan Watanabe, dan disanalah setelah tiga

tahun tidak bertemu akhirnya Morito bertemu kembali dengan Kesa.

(40)

perselingkuhan tersebut terjadi. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan

Watanabe no hashi no kuyō no toki, san-nen-buri de gūzen kesa ni meguri atta ko onore wa, sore ka kara oyoso hantoshi baka Ri no ma, ano on'na to shinobi au kikai o tsukuru tame ni, arayuru shudan o kokoromita. Soro shite sore ni seikō shita.

Pada saat aku bertemu lagi dengannya setelah berpisah selama tiga tahun, tepatnya ketika upacara persembahan bagi Jembatan Watanabe, aku mulai mencoba berbagai macam cara untuk menemuinya secara diam-diam. Dan setelah setengah tahun kemudian, aku baru berhasil menidurinya seperti yang selama ini aku impikan.

b. Latar Sosial

Latar sosial adalah adalah menunjuk pada hal-hal yang berhubungan

dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang

diceritakan dalam sebuah cerita karya fiksi. Dalam cerpen “Kesa dan Morito” terdapat latar sosial yang digambarkan oleh Akutagawa pada saat

Morito menghadiri upacara persembahan bagi jembatan Watanabe dan

bertemu dengan Kesa disana. Dapat disimpulkan bahwa sosok Morito

adalah seseorang yang memiliki tingkatan sosial yang tinggi pada

zamannyadan merupakan sosok yang agamis. Upacara persembahan bagi

masyarakat jepang adalah sebuah bentuk ritual keagamaan, dan biasanya

yang menghadiri upacara tersebut adalah mereka yang menganut suatu

(41)

kaum-kaum dengan tingkat strata sosial yang lebih tinggi seperti, kaum-kaum samurai.

Pertemuan antara Morito dengan Kesa dapat dibuktikan pada kutipan

berikut.

渡辺 橋 供養 時 年ぶ 偶然袈裟 遇 コ己

そ そ 半 年 リ 間 あ 女 忍 び 合 う 機 会

作 あ ゆ 手段 試 そ し そ し

(Purnomo, 2009:169)

Watanabe no hashi no kuyō no toki, san-nen-buri de gūzen kesa ni meguri atta ko onore wa, sore ka kara oyoso hantoshi baka Ri no ma, ano on'na to shinobi au kikai o tsukuru tame ni, arayuru shudan o kokoromita. Soro shite sore ni seikō shita.

Pada saat aku bertemu lagi dengannya setelah berpisah selama tiga tahun, tepatnya ketika upacara persembahan bagi Jembatan Watanabe, aku mulai mencoba berbagai macam cara untuk menemuinya secara diam-diam. Dan setelah setengah tahun kemudian, aku baru berhasil menidurinya seperti yang selama ini aku impikan.

3.1.4. Tokoh dan Penokohan

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam cerpen yang

bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai

pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Penokohan dan karekterisasi

sering juga disamakan, artinya dengan karakter dan perwatakan menunjukkan

pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah

cerita. Pada cerpen “Kesa dan Morito” hanya terdapat dua tokoh dan keduanya

merupakan tokoh utama yaitu Kesa dan Morito. Berikut penjelasan mengenai

(42)

(1) Tokoh Morito

Tokoh Morito dalam cerpen ini merupakan tokoh utama yang memegang

peranan penting dalam cerita. Tokoh Morito merupakan tokoh yang selalu

hadir baik di awal hingga akhir cerita. Tokoh Morito mempunyai peranan

sebagai pencerita. Tokoh Morito merupakan tokoh bulat karena ia

digambarkan dengan sosok yang memiliki watak dan tingkah laku

bermacam-macam dan tampak bertentangan.

Akutagawa menggambarkan Tokoh Morito sebagai seorang

laki-laki yang memiliki pasangan namun tidak disebutkan secara jelas

mengenai ciri-ciri fisik maupun usia. Menurut pandangan penulis, tokoh

Morito adalah seorang tokoh antagonis, karena tokoh Morito mengundang

antipati kepada pembaca sebab tokoh Morito menimbulkan konflik dalam

cerita. Hal tersebut dapat dibuktikan dari sifat-sifat dan tingkah laku tokoh

Morito. Berikut adalah beberapa karakter dari Morito yang digambarkan

dalam cerpen ini.

a. Egois

Karakter Morito dalam cerpen ini digambarkan melalui teknik dramatik

yaitu teknik pikiran dan perasaan mempunyai sifat egois. Menurut KBBI

Egois adalah orang yang selalu mementingkan diri sendiri.Morito

mencintai Kesa dan memiliki keinginan untuk meniduri Kesa, walaupun

Morito sudah mengetahui bahwa Kesa sudah menikah dan mempunyai

suami bernama Wataru. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.

(43)

実 欲望 美し し 感傷的 心 過 (Purnomo, 2009: 167)

Onore wa kesa ni nani wo motometa no ka, doutei datta koro no onore wa akira ka ni kesa no karada wo moto meteita. Moshi tashou no kochou wo yurusunara, onore no kesa ni taisuru airu mono mo, jitsu wa kono yokubou wo utsukushiku shita, kanshou tekina kokoro mora ni suginakatta.

Apa yang aku inginkan dari Kesa, pada saat aku sama sekali belum mengenal wanita? Terus terang aku menginginkan tubuhnya. Aku tidak menampik kenyataan bahwa cintaku hanyalah sekedar untuk memoles hasrat dalam hatiku saja.

b. Ambisius

Melalui teknik dramatik yaitu teknik tingkah laku, Morito juga merupakan

sosok yang pantang menyerah. Dibuktikan dengan beberapa hal. Salah

satunya Morito sangat berambisi untuk menaklukkan Kesa demi

memenuhi hawa nafsunya. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.

渡辺 橋 供養 時 年ぶ 偶然袈裟 遇 コ己

そ そ 半 年 リ 間 あ 女 忍 び 合 う 機 会

作 あ ゆ 手 段 試 そ し そ し

(Purnomo, 2009: 169)

Watanabe no hashi no kuyō no toki, san-nen-buri de gūzen kesa ni meguri atta ko onore wa, sore ka kara oyoso hantoshi baka Ri no ma, ano on'na to shinobi au kikai o tsukuru tame ni, arayuru shudan o kokoromita. Soro shite sore ni seikō shita.

Pada saat aku bertemu lagi dengannya setelah berpisah selama tiga tahun, tepatnya ketika upacara persembahan bagi jembatan Watanabe, aku mulai mencoba berbagai macam cara untuk menemuinya secara diam-diam. Dan setelah setengah tahun kemudian, aku baru berhasil.

Morito menghalalkan segala cara untuk memenuhi nafsunya. Kegigihan

(44)

menemui Kesa secara diam-diam karena Morito mengetahui bahwa Kesa

sudah mempunyai suami dan akhirnya setengah tahun kemudian Morito

baru bisa berhasil menaklukkan Kesa sekaligus memenuhi hawa nafsunya.

c. Jahat

Melalui teknik dramatik yaitu teknik arus kesadaran, Morito digambarkan

dengan sosok laki-laki yang jahat. Menurut KBBI jahat adalah jelek, buruk,

sangat tidak baik; (kelakuan, perbuatan, tabiat). Morito harus membunuh

orang yang tidak ia benci maupun bersalah terhadapnya yaitu Wataru. Hal

tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut :

そ 時 己 己自身 い呪わしい 見

え う そ 己 憎 相手 殺 己 何

心苦しい思い し 己 今夜

己 憎 い い男 殺さ い (Purnomo, 2009:

165)

Sono toki no onore wa, onore jishin ni totte dono kurai norowashii mono ni mierudarou. Sore mo onore no nikumu aite wo korosunodattara, onore wa nani mo konnani kokoro gurushii omoi wo shinakute mo sunda no daga, onore wa kon ya, onore no nikunde inai otoko wo korosana kereba naranai.

Pada saat itu, entah seberapa jahatnya aku bagi diriku sendiri. Kalau aku membunuh orang yang aku benci, mungkin aku tidak akan sepedih ini, tapi malam ini, aku harus membunuh orang yang tidak aku benci.

Morito harus membunuh Wataru hanya karena Morito telah terlanjur

menghasut Kesa selain itu ia takut jika Kesa menaruh dendam padanya

akibat perbuatan yang telah dia lakukan bersama Kesa. Morito khawatir

(45)

d. Penakut

Morito melaluti teknik dramatik yaitu teknik pikiran dan perasaan

digambarkan dengan sosok yang penakut. Menurut KBBI penakut adalah

orang yang takut; mudah takut; mulai atau tampak takut; menjadi takut.

Alasan dibalik rencana jahat Morito adalah karena rasa takutnya kepada

Kesa. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.

己 日 時刻 渡 殺 約束 結ぶ う 羽目 陥 完 万-己 承知し い場合 袈裟 己 え

う 復讐 恐怖 (Purnomo, 2009: 175).

Onore ga hi tojikoku to wo kimete, wataru wo korosu yakusoku wo musubu youna hame ni ochiitta no wa, kanku yorozu, onore ga shouchi shinai baai ni, kesa ga onore ni kuwaeyou to suru fukushuu no kyoufu karadatta.

Terus terang, alasanku menentukan hari dan jam untuk membunuh Wataru adalah karena takut akan hal itu. Jika aku menolak untuk membunuh, Kesa pasti akan membalas dendam padaku---ya dan sekarang pun ketakutan itu masih menjalar di hatiku.

Morito takut jika dia tidak melaksanakan pembunuhan itu maka Kesa akan

membalaskan dendam terhadapnya.Morito beranggapan bahwa Kesa pasti

akan membalas dendam atas perlakuannya dan Morito juga takut jika

perbuatannya bersama Kesa diketahui oleh Wataru nantinya.

(2) Tokoh Kesa

Tokoh Kesa dalam cerpen “Kesa dan Morito” merupakan tokoh utama

kedua yang selalu hadir dari awal hingga akhir cerita. Tokoh Kesa hadir bukan

(46)

permasalahan yang dialami oleh tokoh Morito. Tokoh Kesa merupakan tokoh

sederhana karena ia hanya memilik satu sifat tertentu saja. Tokoh

Kesatermasuk kedalam tokoh protagonis karena tokoh Kesa menampilkan

sesuatu yang sesuai dengan pembaca dan harapan-harapan pembaca, hal

tersebut tentunya mengundang simpati pembaca.

Tokoh Kesa adalah seorang perempuan cantik, kulitnya yang bersih dan

bercahaya, matanya yang indah dengan bola mata yang tampak segar serta

pipi dan dagu yang kencang. Ia sudah tidak memiliki orang tua dan sewaktu

kecil dia sempat diasuh oleh ibu pengasuh dan ditampung di rumah pamannya.

Ketika dewasa, Kesa menaruh hati kepada Morito namun ada seorang Samurai

bernama Wataru Saemonnojo yang gigih untuk mendapatkan hati Kesa hingga

menjadi suaminya. Selama tiga tahun Kesa dan Morito berpisah, akhirnya

dipertemukan kembali pada saat upacara persembahan jembatan Watanabe.

Berikut beberapa karakter Kesa yang digambarkan dalam cerpen ini.

a. Mudah dirayu

Karakter Kesa melalui teknik dramatik yaitu teknik arus kesadaran

digambarkan dengan sosok yang mudah dirayu. Hanya karena rayuan

Morito Kesa memberikan dirinya kepada laki-laki yang ia cintai dan

pasrah terhadap semua perlakuan Morito kepadanya. Hal tersebut dapat

dilihat pada kutipan berikut :

私 一目見 あ 人 心 映 い 私 醜

さ 知 し あ 人 何 い う 顔 し い

(47)

自分 醜さ 知 女 心 うし そ 語 慰

う 私 惜 し 恐 し 悲 し

(Purnomo, 2009: 181)

“Watashi wa tatta hitome mita bakari de, ano hito no kokoro ni utsutte iru watashi no miniku-sa o shitte shimatta. Ano hito wa nanigoto mo nai yōna kao o shite, iroiro watashi wo Kasu yōna yasashī go o kakete kureru.Ga, ichido jibun no miniku-sa o shitta on'na no kokoro ga, dōshite son'na go ni nagusame rareyou. Watashi wa tada, oshikatta. Kowa shikatta. Kanashikatta”.

“Dia mengatakan bahwa aku tidak berubah dan bicara dengan begitu menggairahkan seolah-olah ia begitu menginginkanku. Meskipun dirinya sadar tentang ketidak cantikannya, namun bagaimana mungkin kata-kata pujian bisa begitu melenakan hati seorang wanita”.

私 そ 寂しさ 震え 死 様 体 う

うあ 人 任 し 愛し い いあ 人 私

憎 い 私 蔑 い 色好 あ 人 (Purnomo,

2009:181)

Watashi wa sono sabishisa ni furuenegara, shinda mo douyouna kono karada wo toutou ano hito ni makasete shimatta. Aishitte mo inai ano hito, watashi wo nikunde iru, watashi wo sagesunde iru, irogonomina ano hito ni.

Tubuhku menggigil dalam kesunyian. Lalu dengan tubuh yang tak ubahnya seperti mayat ini aku serahkan semuanya ke manusia itu. Ke orang yang tidak aku cintai, laki-laki bejat yang membenci dan menghinakan diriku.

Dulu Kesa hanya mengandalkan kecantikannya namun setelah

menikah ia merasa kecantikannya sudah lenyap. Kesa yang tadinya

sudah tidak memperdulikan kecantikannya semenjak menikah dengan

Wataru, akhirnya luluh dengan rayuan Morito dan menyerahkan

(48)

3.1.5. Amanat

Amanat yang terdapat dalam cerpen “Kesa dan Morito” ini adalah jangan merusak

rumah tangga seseorang jika tidak ingin menyesal dikemudian hari. Seperti yang

dialami oleh Kesa dan Morito, berawal dari Morito yang bertemu kembali dengan

Kesa setelah tiga tahun berpisah. Pertemuan tersebut yang membuat Morito

akhirnya merusak rumah tangga Kesa dengan cara berselingkuh dengan Kesa dan

berujung dengan ingin membunuh suami Kesa, Wataru agar perbuatannya

tersebut tidak diketahui nantinya oleh Wataru hingga akhirnya Kesa yang ingin

mengakhiri hidupnya karena malu dengan perbuatan yang ia lakukan bersama

Morito.

3.2 Struktur Kepribadian Tokoh Utama dalam cerpen “Kesa dan Morito”

Struktur kepribadian terdiri dari id, ego, dan superego. Ketiga aspek ini saling

berhubungan. Dengan menganalisis struktur kepribadian tersebut akan ditemukan

aspek mana yang lebih dominan pada tokoh utama.

3.2.1 Struktur Kepribadian Tokoh Morito

Tokoh Morito diceritakan sebagai laki-laki yang mencintai perempuan

bernama Kesa. Morito sudah sejak lama mencintai Kesa. Kesa digambarkan

sebagai seorang perempuan yang sangat cantik, kulitnya yang bersih dan

bercahaya, matanya yang indah dengan bola mata yang tampak segar serta pipi

dan dagunya yang kencang membuat Morito ingin memiliki serta meniduri Kesa.

Morito yang sudah lama tidak bertemu dengan Kesa tetap mencintai Kesa dan

Referensi

Dokumen terkait

Agar mampu memberikan pendidikan agama dengan baik pada remaja Hindu sejak dini, orang tua harus memiliki pemahaman yang cukup baik tentang ajaran agama Hindu.. Dalam

A nemek szerinti összevetés során szignifikáns különbséget találtunk a nők és a férfiak között (p<0,001; a nyaki szakaszra vonatkozó adatokat az

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, profesionalisme sebagai salah satu hal yang penting dalam melaksanakan tugas masih belum diutamakan oleh

Terhadap PAT tanah, hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis mulsa berpengaruh nyata terhadap pori air tersedia (Tabel 2).Data hasil

ukuran, warna, atau jumlah melalui kegiatan mengurutkan benda  Melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu mengenal konsep besar- kecil, banyak- sedikit,

Dengan demikian, filsafat ordinary language oleh Wittgenstein lebih menekankan pada aspek pragmatik bahasa, yaitu bagaimana penggunaan suatu istilah atau ungkapan

Perusahaan-perusahaan transnasional dan revolusi hijau untuk Afrika telah memperkenalkan pertanian kontrak [di mana petani berkomitmen untuk memproduksi produk dengan cara

Di saat euforia perayaan hari pangan sedunia yang diperingati pada tanggal 16 Oktober setiap tahunnya, lebih dari 8 ribu keluarga.. petani terancam diusir